LUKA
Luka itu terasing bagiku dapat tersembuhkan
setelah kian tahun lamanya seseorang telah menginjak seluruh tubuhku
Luka itu kembali menganga
setelah kian tahun tak terobati
luka itu sering kubawa ke ribuan dokter
tapi, tidak juga ada hasilnya
kini, aku terbaring antara hidup dan mati
sampai aku bertanya pada paranormal tentang nasibku
dan juga nasib anak-anakku
tapi, nyatanya tidak bisa menjawab
malah lukaku semakin lara
Dan aku tak pernah merelakan
akan orang-orang yang menginjak-injak tubuhku
terucap kutukan, Tuhan akan membalas semua itu.
Antologi Suratan
Prasetya
KENANGAN KALI ITU
Kenangan kali itu memberi warna
laut darah dipesisir pantai
kawanku mati
Kenangan kali itu tak berhenti
lumpur lapindo di Sidoarjo
kawanku ngungsi
Kenangan kali itu jadi biasa
pesawat jatuh
kawanku luka
Kenangan kali itu tersimpan rapi
kawanku menulis
Kenangan kali itu meninggal suka dan duka
semua melihat
Antologi Suratan
Prasetya
Darahmu Beku
Kau pernah tersenyum melihat kematian itu
darah kental didada tak pernah mengalir
Kau dulu pernah berkata
“ darah merah, kulit putih “
tapi, darahmu beku, kulitmu semu
lenyap terbawa malam gulita
Kaki-kaki itu, jadi kaku
dan mataku benci menatapmu
karena kau tidak seperti dulu
Antologi Suratan
Prasetya
Bulan Di Atas Laut
Bulan di atas laut, hampa
saat kembali datang
dan bunga telah layu
di musim semi
Laut biru berubah jingga
teringat bunga layu di musim gugur
laut yang tenang jadi pasang surut
dan bulan kembali redup
Bulan diatas laut, sia-sia
Antologi Suratan
Prasetya
Perjanjian Elite
Di gedung Dewan
bom meletus, dahsyat
tubuh remuk
tercecer-cecer
bangkai
mati
Antologi Suratan
Prasetya
Berjuang Menuju Pembebasan
Pergolakan hidup yang keras
setia mengiringi langkahmu
tapi itu adalah hidupmu
hidup yang tertindas oleh binatang-binatang buas
Hidup adalah usaha nyata
tidak hanya diam tapi berjuang membela keadilan
Aku tahu kawan tentang rintihan dan jeritanmu
apa kita tinggal diam ?
apa kita tinggal pasrah ?
tidak kawan, kita berontak
kita lawan binatang-binatang buas
yang meresahkan hidup kita
Kita usir kemunafikan
dari jiwa-jiwa mati
karena negeri ini
bukan milik mereka
tapi negeri ini milik kita
jiwa-jiwa pemberani dan suci
Antologi Suratan
Prasetya
Duka
Gempa,
sunami,
gunung meletus,
tanah longsor,
bencana banjir,
lumpur Lapindo,
kecelakaan kereta api,
teroris,
pesawat jatuh,
tidakkah kau bercermin
luka negeri semakin terjadi
ingat, itu bukan cobaan
tapi itu adalah peringatan
semoga engkau sadar
para pemerintah negeri
Antologi Suratan
Prasetya
Tikus
Tikus ? ? ?
kau, kau, kau,
rakus
tikus ? ? ?
kau, kau, kau, rakus
banyak tikus
tikus rumah, tikus jalan, tikus kantor, tikus departemen,
tikus, tikus, tikus, tikus,
rakus
menelusup
tikus, tikus, tikus, tikus,
!!!
racun
Antologi Suratan
Prasetya
Selamatkan Negeri
Muka remuk, hancur
apalagi malam hari
tubuh terinjak oleh kaki-kaki kapitalis
warna berubah benci dimusim lalu
Bulan menyinari
saat mata tajam seperti gagak
darah merah mengalir aksi
Ibu pertiwi tersenyum manis
bibir berseru jadi menyatu
lanjutkan aksi,
selamatkan negeri,
dari jiwa-jiwa mati
Antologi Suratan
Prasetya
Cermin Cari Jiwa
Cermin cari jiwa
rumah rusuh mencipta duka
awan gelap berselimut kabut
atap – atap retak karena gempa
rumah tua
atap terganti berkali – kali
tak jua tertata, justru pecah membawa luka
pecah membawa sengsara
pecah membawa derita
jiwa mati
mati
mati
tercekik gempa diatap rumah
Antologi Suratan
Prasetya
Suratan
Mendayu lesu,
dan mengalun dalam kibaran
mengambang dan terseok-seok
antara badai, ombak dan buaian ikan-ikan kecil
meratap dalam pelukan tajamnya karang
merasakan pedihnya gigitan tiram
rasa, dalam jiwa muda
mengelu-kan layar mengaisnya
pelan, angin senja menggoda
mengoyak, bengkak, memerah layu
menepi dalam lindungan_Nya
membiarkan cinta terpungut,
merelakan roh terengut,
dengan tetap mencengkram gerigi,
gerigi yang penuh airmata
Antologi Suratan
Prasetya
Antologi Suratan
Prasetya
Sekapur sirih
Alhamdulilah blog ini dapat kami susun, blog ini merupakan sarana menggali, menyalurkan dan mengembangkan Sastra di Trenggalek di mana di sini di sajikan karya putra-putri Trenggalek, baik berupa Puisi mau pun cerpen, semoga hadirnya blog ini mampu di terima di hati para pembaca kususnya pecinta sastra dan semoga mampu memberikan manfaat karena setidaknya adanya blog Trenggalek Sastra ini merupakan salah satu bukti bahwa Trenggalek Kaya akan Sastrawan dan penulis-penulis baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
arsip
BAB
- artikel puisi (1)
- cerpen (6)
- esai (1)
- filsafat (5)
- geguritan tosa (1)
- Kontras (2)
- Lomba Puisi (11)
- Novel.Melan-Conys (3)
- pengertian puisi (1)
- Puisi Anak Kompas (10)
- puisi Aura (5)
- puisi terkenal (1)
- puisi TOSA (107)
- sejarah (1)
- tentang puisi (1)
- wayangan (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar