Suratan
Kembali ku tatap bintang itu
Bintang yang bukan milik ku lagi
Dan bulan ini pun bukan untuk ku
Setengah evolusi ini pun bukan punyaku
Ku benamkan mukaku dalam sepuluh jemariku
Ku terhanyut dalam seribu sedu
Ku tenggelam di danau pilu
Dan . . .Ku katakan lagi
Aku tak pantas menjadi penulis
(seperti kata suratan mu)
Suratan yang lahirkan sedu
Sedu yang tak mampu terhapus pena waktu
Sedu yang hanya kan terhapus oleh suratan tangan mu
Penyurat senyum ku
Lihat lah bintang itu
Semoga seribu bintang nanti
Kan dapat ku persembahkan untuk mu
Untuk melukis segores senyum nya
Senyum di sela keriput pipinya
Senyum dari bibir mungil nya
Senyum di bibir indah nya
Senyum kebangga an
Atas yang Mereka banggakan
22 juli 09
Mili demi mili air mata mengalir
Seiring mili demi mili darah mengalir
Dia merintih tak kuasa menahan sakit nya
Dia meronta . . .Tak sanggup lagi mempertahankan nyawanya
Tetes demi tetes air hujan basahi bumi
Seiring tetes demi tetes air mata basahi pipi
Mengiring keranda yang membawanya pergi
Semua di tanggalkan
Semua di tinggalkan
Tinggal lah sajak ini mengenang nya
Sekapur sirih
Alhamdulilah blog ini dapat kami susun, blog ini merupakan sarana menggali, menyalurkan dan mengembangkan Sastra di Trenggalek di mana di sini di sajikan karya putra-putri Trenggalek, baik berupa Puisi mau pun cerpen, semoga hadirnya blog ini mampu di terima di hati para pembaca kususnya pecinta sastra dan semoga mampu memberikan manfaat karena setidaknya adanya blog Trenggalek Sastra ini merupakan salah satu bukti bahwa Trenggalek Kaya akan Sastrawan dan penulis-penulis baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
arsip
BAB
- artikel puisi (1)
- cerpen (6)
- esai (1)
- filsafat (5)
- geguritan tosa (1)
- Kontras (2)
- Lomba Puisi (11)
- Novel.Melan-Conys (3)
- pengertian puisi (1)
- Puisi Anak Kompas (10)
- puisi Aura (5)
- puisi terkenal (1)
- puisi TOSA (107)
- sejarah (1)
- tentang puisi (1)
- wayangan (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar